Senin, 26 November 2018

Bandung, dan sejuta kisahnya



Bandung, 2018. taken by me


perasaan saya campur aduk.

mungkin hanya itu yang bisa menggambarkan perasaan saya saat ini.

ketika semua proses sidang hingga wisuda begitu cepat,
saya kembali mencoba mengingat keluhan saya ketika memasuki semester akhir.
kapan sih wisuda? rasanya ingin cepat-cepat mengakhiri perkuliahan ini, batinku setahun yang lalu.
kini semua terasa berjalan begitu cepat.
tidak ada lagi masa dimana saya harus mengerjakan tugas akhir di lab dari jam 07.00 pagi hingga 21.00 malam, lalu dilanjutkan mengerjakan di kosan hingga pukul 03.00 pagi.
dan begitulah rutinitas saya ketika mendekati sidang.
saya masih ingat betul ketika saya dikelilingi teman saya yang sama-sama ingin segera mengakhiri semua ini,
mengerjakan tugas akhir di lab pun selalu diselingi karaoke bersama, bercerita satu sama lain, amarah yang terpendam karena masalah tugas akhir dengan teman kelompoknya, makan siang bersama, tertawa terbahak-bahak hingga sakit perut, dan berakhir dengan tangisan karena tidak sanggup lagi melanjutkan tugas akhir ini. saya pun tidak tau lagi harus bagaimana jika tidak ada teman-teman saya yang selalu saling support satu sama lain, yang tidak egois, dan mau saling membantu. mereka adalah rezeki terindah yang pernah saya miliki di masa-masa sulit saya.

lab terasa seperti rumah kedua, karna saya lebih banyak menghabiskan waktu disana.
rindu sekali rasanya mengenang masa itu, ketika semuanya sudah dilalui saya pun baru tersadar dengan sebuah konsekuensi:
kalau ingin cepat mengakhiri perkuliahan, berarti kamu juga harus siap meninggalkan teman-teman mu, segala idealismu, dan kota bandung.

ada kegelisahan yang menyelimuti saya.
ketika kita ingin mengejar sesuatu,
ada banyak hal yang harus dikorbankan.
ketika saya memutuskan untuk kuliah di bandung, saya harus mengorbankan keluarga saya.
dan ini adalah hal tersulit yang ingin saya katakan,

ketika ingin lulus, saya harus mengorbankan teman saya dan kota bandung.

4 tahun sudah saya menimba ilmu di kota itu,
kota yang akan selalu menyambut saya dengan suka cita.
kota yang mengajarkan saya banyak hal,
terutama hidup.
kota yang memberikan saya kebahagiaan, kesedihan, keceriaan, amarah, tangis, tawa, semua campur aduk.
kota yang memberikan saya dan teman-teman sebuah mimpi yang bisa kita kejar bersama,
kota yang memberikan saya teman-teman dari seluruh penjuru indonesia yang membuat saya mempelajari banyak hal untuk tetap menghormati dan toleransi satu sama lain,
yang membuat saya membuka mata bahwa perbedaan itu indah, bahwa suku dan bahasa di indonesia itu beragam, tetapi kita harus tetap satu.

kota yang seringkali membuat saya muak,
namun membuat saya ingin cepat-cepat kesana.

kota yang awalnya sangat asing bagi saya,
kini rasanya tidak ingin sedetikpun terpikirkan oleh saya untuk meninggalkannya.

perasaan campur aduk ini kemudian membuat saya berpikir,
bahwa semuanya tidak ada yang abadi.
pertemanan yang sudah dibangun susah payah, kenyamanan yang terasa dengan kota bandung, idealis garis keras yang sudah saya bentuk,
tidak bisa selamanya saya rasakan.
semua hanyalah sementara.

untuk terus maju menggapai cita-cita, saya hanya bisa singgah sementara pada sebuah tempat dan mengucapkan terimakasih karna telah menjadi bagian perjalanan hidup saya.
sejuta kisah yang saya lalui di bandung, akan menjadi kisah terindah untuk diceritakan dalam waktu 10 tahun mendatang.
diawali dengan tinggal di asrama bersama 3 orang asing di kamar 315, berakhir menjadi pertemanan yang tidak bisa dipisahkan dengan tetangga lainnya.
berlanjut ketika memilih penjurusan yang berbeda dengan teman-teman di awal kuliah,
berakhir dengan menemukan teman dan sahabat yang tidak akan pernah ditemui di penjurusan lain.
ketika menemukan sahabat yang satu frekuensi,
receh adalah kehidupan sehari-hari,
bercengkrama hingga larut malam,
latihan tari saman hingga pukul 01.00 pagi,
ketika punya teman yang bisa dijadikan keluh kesah dan menjadi diri saya yang sesungguhnya,
ketika pintu asrama terkunci dan harus menunggu satu jam untuk kembali dibukakan,
ketika latihan gamelan hingga pukul 02.00 pagi,
ketika saya harus memanjat pagar kampus agar bisa keluar pada pukul 04.00 pagi,
tidur hanya beralaskan lantai di lab ketika lelah mengerjakan tugas akhir,
ketika teman sekelas tidak ada yang tidur semalaman karna kami semua lupa bahwa tugas itu dikumpulkan esok hari dan berakhir mabok tinta,
ketika teman-teman saman yang selalu hadir latihan untuk lomba adalah tim terbaik saya selama menari,
ketika saya dan teman-teman sering cerita banyak hal yang tidak penting dan berakhir masak spageti,
ketika saya dipanggil dosen karna tidur di kelas,
ketika saya punya seorang teman dari timor leste yang punya banyak perbedaan budaya dan keyakinan, tapi dia adalah salah satu teman terbaik saya selama kuliah,
ketika hunting kesana kemari dan harus melewati jalanan terjal dan lika-liku bersama teman-teman,
ketika saya dan teman-teman saling menertawai satu sama lain karna nilai uts jeblok,
ketika saya dan teman saya membuat ide licik dengan dosen dan dibilang "kalian belum minum obat ya?"
ketika latihan saman dan gamelan adalah pelampiasan terbaik saya ketika sudah lelah mengerjakan tugas,
ketika saya dan teman-teman saling berbagi makanan karena tidak punya uang,
ketika saya setiap minggu harus ke pasar baru dan membawa 1 kardus besar yang diikat ke motor untuk jualan,
ketika saya tiap minggu harus revisi nirmana 3D,
ketika saya mencoba terbuka dan bercerita banyak hal dengan teman ketika perjalanan pulang ke kosan pukul 02.00 pagi menembus dinginnya bandung,
ketika saya danus (dana usaha) makanan di kelas,
ketika saya dan teman-teman sering berpikir "kalau kita ngulang tugas akhir tahun depan gimana ya?",
ketika saya merasa jadi diri sendiri dan lebih suka mempunyai banyak kegiatan diluar, dimana hal itu sangat bertolak belakang dengan diri saya yang dulu,
ketika pameran fotografi yang menghabiskan banyak waktu hingga pulang larut malam dan berakhir dengan melihat sunrise bersama di puncak bintang,
ketika sehabis sidang langsung berangkat kemping karena salah satu teman ada yang segera pergi dari bandung,
ketika membuat film pendek ke ciamis bersama dengan tim terbaik yang pernah saya punya, yang sudah saya anggap saudara sendiri, yang selalu support satu sama lain, yang sama-sama tidak tidur semalaman karena menemani editor menyelesaikan filmnya,
yang tidak pernah pamrih, yang selalu sedia dikala butuh, yang tidak pernah memandang rendah satu sama lain, yang sangat menyenangkan diajak kerjasama, yang selalu membuat lelucon hingga sakit perut, yang paling bisa menenangkan saya ketika panik, yang selalu menjaga mood satu tim, yang selalu apa adanya. kalau kalian membaca ini, saya hanya ingin bilang: terimakasih banyak. :)

benar kata pidi baiq,
bandung bagiku bukan cuma masalah geografis,
lebih jauh dari itu melibatkan perasaan, yang bersamaku ketika sunyi.

sejuta kisah ini tidak akan pernah selesai diceritakan satu-satu.
biarlah menjadi kenangan manis yang menemani perjalanan saya.
kata orang, masa terindah adalah masa SMA.
tapi menurut versi saya sendiri,
masa kuliah adalah masa terindah yang pernah saya lalui.

tidak akan pernah ada rasa penyesalan dalam diri saya,
ketika 4 tahun yang lalu saya akhirnya memilih untuk menuntut ilmu di kota bandung,
karena gagal menggapai cita-cita di kota jogja.

sampai detik ini, saya tidak menyesal sama sekali.
saya malah bersyukur karena telah dipertemukan dengan hal yang tidak pernah saya pikirkan sebelumnya.

untuk yang masih kuliah,
nikmatilah setiap detik hal yang kalian lalui.
percayalah, semua akan dirindukan ketika semuanya telah usai.


dengan berat hati saya ingin katakan,

terimakasih.
dan maaf.

saya pamit.

selamat tinggal, bandung dan sejuta kisahnya.
selamat tinggal, ide gagasan yang sudah saya bentuk disana. 
kini saya harus berdamai dengan realita. semoga suatu saat kita dipertemukan kembali.


untuk semua teman dan sahabat yang kusayangi,
see you guys on top.


waktumu sudah habis,
apakah 4 tahun belum cukup?

pulanglah,
ada mereka yang menunggumu di rumah,
dan ada cita-cita yang harus di raih.

-S

Tidak ada komentar:

Posting Komentar