Senin, 26 November 2018

Note to myself

sewaktu kecil,
manusia selalu dihadapkan dengan imajinasi,
angan-angan,
cita-cita,
ekspetasi.

kata ibu guru,
manusia harus mempunyai cita-cita setinggi-tingginya.

menjadi anak kecil selalu membuat manusia berpikir dengan liar,
membuat manusia berpikir bahwa sapu bisa terbang,
superman benar-benar ada
pada akhirnya manusia mempunyai ekspetasi yang tinggi


tapi ada satu hal yang manusia lupa
bahwa tidak selamanya ekspetasi itu sesuai dengan realita
manusia terlalu terlena dengan ekspetasi
sampai terlupa bahwa realita tidak semudah itu.

perjalanan yang manusia tempuh
kadang terasa seperti "ini bukan hal yang seharusnya"
dan terasa seperti tersesat
tidak tau arah
dan menjadi tidak yakin
"apa benar ini jalannya?"


manusia selalu dibuat ragu
dengan pilihan yang tidak pernah terpikirkan olehnya
mereka berpikir bahwa apa yang mereka inginkan, harus seperti itu jalannya
seakan-akan kuasa tuhan tidak boleh ikut campur

sampai akhirnya manusia sadar
bahwa semesta bekerja selucu itu
bahwa sesungguhnya, untuk mencapai cita-cita tidak harus ditempuh dengan jalan A
masih ada jalan B, C, D, E hingga Z
masih ada 1001 jalan yang bisa ditempuh untuk menggapai cita-cita

mungkin manusia lupa
bahwa dulu mereka pernah berandai-andai menjadi superman
namun yang mereka tahu,  jalan yang ditempuh harus melalui jalan A
dan mengganggap jalan lain adalah kegagalan

perlu diingat
semua perjalanan ini adalah hasil dari ekspetasi kita sebelumnya
yang tidak kita sadari

sebagai manusia, kita hanya bisa berlapang dada dan terus berusaha
karena tuhan maha mendengar
dan lebih tau yang terbaik untuk umatNya.


biarkan tuhan mengambil peranNya.


#notetomyself
-S

Bandung, dan sejuta kisahnya



Bandung, 2018. taken by me


perasaan saya campur aduk.

mungkin hanya itu yang bisa menggambarkan perasaan saya saat ini.

ketika semua proses sidang hingga wisuda begitu cepat,
saya kembali mencoba mengingat keluhan saya ketika memasuki semester akhir.
kapan sih wisuda? rasanya ingin cepat-cepat mengakhiri perkuliahan ini, batinku setahun yang lalu.
kini semua terasa berjalan begitu cepat.
tidak ada lagi masa dimana saya harus mengerjakan tugas akhir di lab dari jam 07.00 pagi hingga 21.00 malam, lalu dilanjutkan mengerjakan di kosan hingga pukul 03.00 pagi.
dan begitulah rutinitas saya ketika mendekati sidang.
saya masih ingat betul ketika saya dikelilingi teman saya yang sama-sama ingin segera mengakhiri semua ini,
mengerjakan tugas akhir di lab pun selalu diselingi karaoke bersama, bercerita satu sama lain, amarah yang terpendam karena masalah tugas akhir dengan teman kelompoknya, makan siang bersama, tertawa terbahak-bahak hingga sakit perut, dan berakhir dengan tangisan karena tidak sanggup lagi melanjutkan tugas akhir ini. saya pun tidak tau lagi harus bagaimana jika tidak ada teman-teman saya yang selalu saling support satu sama lain, yang tidak egois, dan mau saling membantu. mereka adalah rezeki terindah yang pernah saya miliki di masa-masa sulit saya.

lab terasa seperti rumah kedua, karna saya lebih banyak menghabiskan waktu disana.
rindu sekali rasanya mengenang masa itu, ketika semuanya sudah dilalui saya pun baru tersadar dengan sebuah konsekuensi:
kalau ingin cepat mengakhiri perkuliahan, berarti kamu juga harus siap meninggalkan teman-teman mu, segala idealismu, dan kota bandung.

ada kegelisahan yang menyelimuti saya.
ketika kita ingin mengejar sesuatu,
ada banyak hal yang harus dikorbankan.
ketika saya memutuskan untuk kuliah di bandung, saya harus mengorbankan keluarga saya.
dan ini adalah hal tersulit yang ingin saya katakan,

ketika ingin lulus, saya harus mengorbankan teman saya dan kota bandung.

4 tahun sudah saya menimba ilmu di kota itu,
kota yang akan selalu menyambut saya dengan suka cita.
kota yang mengajarkan saya banyak hal,
terutama hidup.
kota yang memberikan saya kebahagiaan, kesedihan, keceriaan, amarah, tangis, tawa, semua campur aduk.
kota yang memberikan saya dan teman-teman sebuah mimpi yang bisa kita kejar bersama,
kota yang memberikan saya teman-teman dari seluruh penjuru indonesia yang membuat saya mempelajari banyak hal untuk tetap menghormati dan toleransi satu sama lain,
yang membuat saya membuka mata bahwa perbedaan itu indah, bahwa suku dan bahasa di indonesia itu beragam, tetapi kita harus tetap satu.

kota yang seringkali membuat saya muak,
namun membuat saya ingin cepat-cepat kesana.

kota yang awalnya sangat asing bagi saya,
kini rasanya tidak ingin sedetikpun terpikirkan oleh saya untuk meninggalkannya.

perasaan campur aduk ini kemudian membuat saya berpikir,
bahwa semuanya tidak ada yang abadi.
pertemanan yang sudah dibangun susah payah, kenyamanan yang terasa dengan kota bandung, idealis garis keras yang sudah saya bentuk,
tidak bisa selamanya saya rasakan.
semua hanyalah sementara.

untuk terus maju menggapai cita-cita, saya hanya bisa singgah sementara pada sebuah tempat dan mengucapkan terimakasih karna telah menjadi bagian perjalanan hidup saya.
sejuta kisah yang saya lalui di bandung, akan menjadi kisah terindah untuk diceritakan dalam waktu 10 tahun mendatang.
diawali dengan tinggal di asrama bersama 3 orang asing di kamar 315, berakhir menjadi pertemanan yang tidak bisa dipisahkan dengan tetangga lainnya.
berlanjut ketika memilih penjurusan yang berbeda dengan teman-teman di awal kuliah,
berakhir dengan menemukan teman dan sahabat yang tidak akan pernah ditemui di penjurusan lain.
ketika menemukan sahabat yang satu frekuensi,
receh adalah kehidupan sehari-hari,
bercengkrama hingga larut malam,
latihan tari saman hingga pukul 01.00 pagi,
ketika punya teman yang bisa dijadikan keluh kesah dan menjadi diri saya yang sesungguhnya,
ketika pintu asrama terkunci dan harus menunggu satu jam untuk kembali dibukakan,
ketika latihan gamelan hingga pukul 02.00 pagi,
ketika saya harus memanjat pagar kampus agar bisa keluar pada pukul 04.00 pagi,
tidur hanya beralaskan lantai di lab ketika lelah mengerjakan tugas akhir,
ketika teman sekelas tidak ada yang tidur semalaman karna kami semua lupa bahwa tugas itu dikumpulkan esok hari dan berakhir mabok tinta,
ketika teman-teman saman yang selalu hadir latihan untuk lomba adalah tim terbaik saya selama menari,
ketika saya dan teman-teman sering cerita banyak hal yang tidak penting dan berakhir masak spageti,
ketika saya dipanggil dosen karna tidur di kelas,
ketika saya punya seorang teman dari timor leste yang punya banyak perbedaan budaya dan keyakinan, tapi dia adalah salah satu teman terbaik saya selama kuliah,
ketika hunting kesana kemari dan harus melewati jalanan terjal dan lika-liku bersama teman-teman,
ketika saya dan teman-teman saling menertawai satu sama lain karna nilai uts jeblok,
ketika saya dan teman saya membuat ide licik dengan dosen dan dibilang "kalian belum minum obat ya?"
ketika latihan saman dan gamelan adalah pelampiasan terbaik saya ketika sudah lelah mengerjakan tugas,
ketika saya dan teman-teman saling berbagi makanan karena tidak punya uang,
ketika saya setiap minggu harus ke pasar baru dan membawa 1 kardus besar yang diikat ke motor untuk jualan,
ketika saya tiap minggu harus revisi nirmana 3D,
ketika saya mencoba terbuka dan bercerita banyak hal dengan teman ketika perjalanan pulang ke kosan pukul 02.00 pagi menembus dinginnya bandung,
ketika saya danus (dana usaha) makanan di kelas,
ketika saya dan teman-teman sering berpikir "kalau kita ngulang tugas akhir tahun depan gimana ya?",
ketika saya merasa jadi diri sendiri dan lebih suka mempunyai banyak kegiatan diluar, dimana hal itu sangat bertolak belakang dengan diri saya yang dulu,
ketika pameran fotografi yang menghabiskan banyak waktu hingga pulang larut malam dan berakhir dengan melihat sunrise bersama di puncak bintang,
ketika sehabis sidang langsung berangkat kemping karena salah satu teman ada yang segera pergi dari bandung,
ketika membuat film pendek ke ciamis bersama dengan tim terbaik yang pernah saya punya, yang sudah saya anggap saudara sendiri, yang selalu support satu sama lain, yang sama-sama tidak tidur semalaman karena menemani editor menyelesaikan filmnya,
yang tidak pernah pamrih, yang selalu sedia dikala butuh, yang tidak pernah memandang rendah satu sama lain, yang sangat menyenangkan diajak kerjasama, yang selalu membuat lelucon hingga sakit perut, yang paling bisa menenangkan saya ketika panik, yang selalu menjaga mood satu tim, yang selalu apa adanya. kalau kalian membaca ini, saya hanya ingin bilang: terimakasih banyak. :)

benar kata pidi baiq,
bandung bagiku bukan cuma masalah geografis,
lebih jauh dari itu melibatkan perasaan, yang bersamaku ketika sunyi.

sejuta kisah ini tidak akan pernah selesai diceritakan satu-satu.
biarlah menjadi kenangan manis yang menemani perjalanan saya.
kata orang, masa terindah adalah masa SMA.
tapi menurut versi saya sendiri,
masa kuliah adalah masa terindah yang pernah saya lalui.

tidak akan pernah ada rasa penyesalan dalam diri saya,
ketika 4 tahun yang lalu saya akhirnya memilih untuk menuntut ilmu di kota bandung,
karena gagal menggapai cita-cita di kota jogja.

sampai detik ini, saya tidak menyesal sama sekali.
saya malah bersyukur karena telah dipertemukan dengan hal yang tidak pernah saya pikirkan sebelumnya.

untuk yang masih kuliah,
nikmatilah setiap detik hal yang kalian lalui.
percayalah, semua akan dirindukan ketika semuanya telah usai.


dengan berat hati saya ingin katakan,

terimakasih.
dan maaf.

saya pamit.

selamat tinggal, bandung dan sejuta kisahnya.
selamat tinggal, ide gagasan yang sudah saya bentuk disana. 
kini saya harus berdamai dengan realita. semoga suatu saat kita dipertemukan kembali.


untuk semua teman dan sahabat yang kusayangi,
see you guys on top.


waktumu sudah habis,
apakah 4 tahun belum cukup?

pulanglah,
ada mereka yang menunggumu di rumah,
dan ada cita-cita yang harus di raih.

-S

Minggu, 11 November 2018

Terjebak dengan waktu

katanya,
ia terjebak dengan waktu.
membuatnya tidak dapat berlari sebebasnya
membuatnya terjebak diantara angan-angan
yang belum ia selesaikan

masih ada hari esok, pikirnya

mari yang belum diselesaikan hari ini,
kita selesaikan hari esok

namun waktu ternyata tidak sesederhana itu

antara angan-angan, dan realita yang tidak bisa disatukan
ketika angan-angan dianggap tidak perlu diselesaikan
lebih baik selesaikan realita yang ada di depan mata

begitu, katanya.


setiap hari,
ia mencoba memainkan waktu
agar keduanya dapat bersatu
namun kenyataannya tidak semudah itu

berkelana sudah sejauh ini

untuk mencari jawaban
agar tidak lagi terjebak
dengan waktu


akankah angan-angan itu harus dipendam?


tapi, ia butuh waktu untuk menggalinya.


apakah salah, jika ia meminta waktu?


biarkan ia menyelesaikannya.


walau pada akhirnya

ia tahu
hanya waktu yang mampu menjawabnya.

-S

I'm here, again.

udah gak tau ini yang keberapa kalinya gue bilang,
"akhirnya balik lagi nulis blog"
"harus rajin lagi bikin blog!"
halahhh, sampe bosen bacanya hahaha.


yap oke.
jadi gue cuma mau bilang,
setelah berjalan sejauh ini, gue sadar bahwa hidup gue gak bisa jauh dari menulis.
menulis adalah salah satu bagian penting yang juga harus terus gue lakukan secara rutin.
setelah hilang dari blog, dari mulai yang nulis panjang lebar sampai akhirnya cuma posting karya,
setelah ga konsisten nulis blog dan menghilang 1 tahun, dimana tahun itu gue sedang sangat menikmati berkarya dan menjadi anak kuliahan,
setelah melihat kegiatan perkuliahan gue yang bikin gue tertarik memperdalam writing,
alhasil, sekarang, insyaallah sudah ingin aktif di blog lagi.
butuh waktu yang cukup lama buat mikir,
enaknya bikin blog baru apa lanjut yang lama ya?
apa gue bikin wordpress aja kaliya?
dan setelah pertimbangan lainnya,
akhirnya gue tetep lanjutin blog gue yang udah gue bikin dari 2010 ini.


mungkin banyak orang yang bakalan milih ngapus blognya waktu jaman alay ketimbang harus terus di ekspos sampe sekarang,
karena malu katanya ngeliat jaman alaynya diketahui orang, 
gue juga awalnya mikir gitu.
tapi akhirnya.....
biarin aja lah.
gue pengen ngeliat aja proses kehidupan gue gimana.
hidup itu kan... berproses.
semua orang PASTI, gue jamin 100%, ngelewatin masa alay.
termasuk gue yang alay nya gak ada obat lagi.
tapi balik lagi ke awal, hidup itu berproses dan ada fasenya.
kenapa harus selalu nunjukkin fase yang bagus-bagus doang?
ketika nulis diary di buku udah gak berlaku,
ngeblog adalah salah satunya jalan gue buat nulis pengalaman yang udah gue laluin.
supaya gue tahu, sudah sejauh mana gue berproses.
dan hidup gue pun akan selalu berproses.
entah selanjutnya di blog ini akan selalu nulis "gue", atau berubah jadi nulis "saya", "aku" sebagai tanda kedewasaan.
entahlah.

just let my mind feel free as a bird.

After a long time

ingatan itu entah mengapa selalu melekat di otaknya, 
seakan-akan telah sengaja direkatkan sampai ke bagian sarafnya yang terdalam.

sudah belasan tahun ia membawa ingatan beban ini.
seakan-akan ingatan ini bukan lagi sebuah beban, tapi sebuah makanan manis yang telah di santapnya setiap hari, sampai akhirnya telah mendarah daging di tubuhnya.

setiap hari, dia menyalahkannya.
seakan-akan dialah penyebab utama yang membuatnya seperti ini.
dia telah berusaha menghilangkannya dalam pikirannya, tapi, ingatan ini akan terus kembali lagi ketika semakin sering dia memaksanya untuk pergi.

dia lelah..
lelah akan pikiran masa lalu yang selalu menghantuinya hingga detik ini.

sampai suatu ketika dia tersadar bahwa ingatan itu memudar.
dia semakin menyibukkan dirinya dengan kegiatan yang tiada hentinya.
dia semakin menemukan dunia barunya yang akhirnya dapat menerima dia apa adanya.
dia tidak lagi merasa cemas sedalam itu.
dia mulai menemukan jati dirinya yang sempat terpendam dipikirannya sendiri.
sampai pada akhirnya, ia mengikhlaskan ingatan itu untuk pergi..
tanpa ada perasaan dendam yang selalu menghantuinya selama ini
tanpa menyalahinya lagi.

ketika itu ia sadar
bahwa hidup itu sesederhana dengan melepaskannya pergi.


just let it go. 


terkadang
sesekali ia mampir ke ingatan itu
untuk sekedar merenung
dan mengucapkan terimakasih
karna telah menjadikan dirinya yang sekarang.
dia yang baru.
dia yang berjanji bahwa tidak akan terlarut sedalam itu lagi.
dia yang sedang belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
yang lalu biarlah menjadi pelajaran berharga baginya.
pelajaran berharga untuk dijadikan inspirasi dalam berkarya, pikirnya.


karena
jika dia terus menyalahkan hidup
hidup pun tidak akan pernah mau berubah sesuai keinginannya
kecuali jika dia sendiri yang mau memulai untuk merubahnya.

-S